Hallo, pejuang study abroad! Apakah ada salah satu dari kalian yang penasaran sama program pertukaran pelajar ke luar negeri atau yang biasa kita kenal dengan student exchange? Atau justru, saat ini, kamu sedang berjuang dalam mengikuti salah satu program pertukaran pelajar ke luar negeri? Nah, jika iya, semoga sedikit cerita dari saya mampu memberikan tambahan motivasi dan ilmu bagi kamu, nih. Oh iya, perkenalkan, saya Ivo Rajava Fiba. Saya adalah mahasiswa Universitas Jember, program studi sarjana akuntansi. Pada tahun 2022 lalu, saya berpartisipasi sebagai peserta Students Exchange ke Malaysia melalui program International Credit Transfer (ICT) Faculty Economy and Business, Universitas Jember. Di kesempatan kali ini, saya ingin sharing sedikit terkait pengalaman saya sebagai partisipan program exchange ke luar negeri, khususnya di negara tetangga kita yaitu Malaysia. Semoga cerita saya bisa memberikan tambahan ilmu bagi kalian dan mampu menginspirasi.
Program yang saya ikuti adalah program International Credit Transfer (ICT). Program ini diselenggarakan oleh Faculty Economy and Business, Universitas Jember. ICT memang rutin membuka kesempatan exchange ke beberapa negara tujuan seperti Malaysia, Taiwan, dan Philiphina. Program student exchange ini memberikan dampak dan tujuan yang sangat bermanfaat bagi saya karena tidak hanya melibatkan pengalaman pribadi, tetapi juga dapat memiliki implikasi yang signifikan dalam konteks akuntansi dan bisnis. Dalam bidang akuntansi, pengalaman ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang perbedaan praktik akuntansi antar negara, seperti standar akuntansi internasional yang berbeda-beda. Hal ini mampu membuka wawasan tentang cara pelaporan keuangan, tata kelola perusahaan, dan kebijakan pajak yang beragam, yang merupakan pengetahuan yang sangat berharga dalam lingkungan bisnis global saat ini.
Di sisi bisnis, pengalaman student exchange mampu memberikan pemahaman langsung kepada saya tentang budaya bisnis yang berbeda, etika kerja, dan cara berinteraksi dalam lingkungan bisnis lintas budaya. Hal ini memungkinkan siswa untuk memahami bagaimana faktor budaya dapat memengaruhi strategi bisnis, negosiasi, dan hubungan pelanggan internasional. Selain itu, mereka juga dapat memperluas jaringan mereka secara global, membangun hubungan yang berpotensi menguntungkan untuk masa depan karir di dunia bisnis internasional. Secara keseluruhan, program ini akan menjadi investasi berharga dalam pengembangan pemahaman bisnis global dan persiapan untuk tantangan bisnis internasional yang kompleks.
Lalu dari mana saya bisa mengetahui info terkait program ini? Saya mendengar info terkait International Credit Transfer (ICT) ini dari dosen-dosen terdekat saya yang sangat merekomendasikan saya untuk dapat mengikuti program ini. Awal mula sebelum adanya banyak dorongan dari dosen-dosen yang selalu mensupport saya, sebetulnya saya tidak memiliki ketertarikan terkait program ini hehehe. Akan tetapi, sejak saya mendapat banyak masukan dan saran sehingga saya berusaha mendaftar untuk mempersiapkan seluruh persyaratan yang diperlukan meskipun semuanya sangat mendekati dengan batas akhir. Sebelumnya, saya harus mencari kontak dari PIC sebagai pendelegasian undangan ICT. Sejujurnya, mempersiapkan persyaratan tersebut cukup sulit dan penuh perjuangan. Namun, tentu saja, jika sudah membulatkan tekad, jangan pantang menyerah!.
Mulai dari awal terkait perlengkapan tes Bahasa inggris yang saya ikutin selama 2 kali melalui Duolinggo dan keduanya gagal semua karena belum mencapai ambang batas, kemudian tes TOEFL selama 3 kali yang harus saya kejar karena di dua kali percobaan juga masih gagal, hingga kemudian di akhir saya berhasil mendapatkan nilai yang sesuai permintaan meskipun itu h-1 penutupan. Dari sini saya belajar apapun yang sudah ditakdirkan bagi kita pasti akan menjadi milik kita meskpun dalam perjuangannya harus berjuang melalui effort yang besar dan biaya yang tidak sedikit. Setelah berhasil mengumpulkan persyaratan, saya pun maju ke tahap wawancara. Kala itu saya diwawancara menggunakan bahasa Inggris. Selesai wawancara, saya menunggu pengumuman. Alhamdulillah, saya diterima sebagai salah satu kandidat exchange student ke Malaysia.
Perjuangan tidak berhenti disitu saja, setelah dinyatakan lolos saya harus mempersiapkan syarat-syarat lain seperti passport dan visa. Semua perjuangan dalam mempersiapkan ini, Kembali lagi ke tahap awal tadi bahwa saya merupakan kandidat yang mempersiapkan syarat-syarat semuanya dengan semuanya mendekati batas akhir yaitu di H-1 semuanya. Mulai dari passport yang telah saya buat juga mengalami keterlambatan dalam pembuatan, ketika passport nya jadi pun posisi saya masih diluar kota sehingga sangat menghambat dalam proses ini. Pengajuan visa yang sangat sulit untuk di approach hingga h-1 keberangkatan approve letter keluar. Tidak berhenti disitu saja, h-2 keberangkatan posisi saya masih berada di labuan bajo sehingga persiapan keberangkatan yang saya lakukan hanya dalam waktu semalam saja. Semuanya memang terkesan sangat terburu-buru semua akan tetapi, dalam hal ini Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan semuanya dengan baik.
Tibalah pada hari keberangkatan menuju bandara saya dan 9 delegasi lainnya berangkat menuju Bandara International Juanda, Surabaya. Penerbangan kami pada pukul 4 sore yang mengharuskan kami transit di Bandara International Kuala Lumpur, Malaysia selama 15 jam karena besok nya kami harus melanjutkan penerbangan menuju Kuala Terengganu, hal ini dikarenakan jarak Kuala Lumpur ke Kuala Terengganu sekitar 500-600 Km sehingga diperlukan 2 kali penerbangan.
Tibalah kami di Universitas tujuan kami yaitu University Sultan Zainal Abidin, Kuala Terengganu, Malaysia. Awal dari perjuangan dimulai dari Welcoming Party, Pemrograman Subject, hingga awal mula perkuliahan dilaksanakan. Selama di Malaysia, kegiatan yang saya lakukan kurang lebih sama dengan perkuliahan di Indonesia. Dengan kata lain, saya belajar hal-hal baru, sekaligus liburan. Di sana, saya mengunjungi beberapa tempat penelitian di University Sultan Zainal Abidin, Malaysia belajar langsung di lab dan smart class universitas tersebut. Selain ke tempat yang berkaitan dengan akuntansi, saya juga mengunjungi lokasi auditing sebagai pengalaman akuntansi di Malaysia. Tidak hanya itu, kami juga sering mengadakan parade budaya untuk saling memperkenalkan budaya Indonesia dan Malaysia disana. Selain itu, saya juga berkesempatan diundang dalam International Accounting Conference untuk membahasa perkembangan akuntansi di dunia, saya sendiri menjadi perwakilan satu-satunya dari Indonesia. Menariknya, saya dapat berkenalan dengan beberapa mahasiswa dari antar negara lainnya dan bertukar informasi terkait perkembangan akuntansi dari masing-masing negara
Friends
Tsania Mazidah Muharromah
@tmazidahm
Muhammad Ali Islam Bahmi
@aliislam_bahmi
Firdos Bahar Sidik
@fiiirrssss
Muhamad Ibnu Athaillah
@ibnuathaillah
Andini Nur Izzati
@andininurizzati_
Groups
Regional Timur INSTARTER
Private Group
[youzify_profile_completeness]